Wednesday, May 4, 2011

Lebih Penting Mana, Nyawa atau Uang????

Pertama-tama saya mau minta maaf bila tulisan saya kali ini menyinggung teman2 atau pekerjaan teman2 semuanya :)

Sebenernya cerita ini udah terjadi 3 minggu yang lalu, tapi entah kenapa saya ingin membaginya dengan teman2 sekarang.. ya mungkin juga karena 3 minggu yang lalu mood saya buat nulis hanyut entah kemana, hehe

Kira-kira 3 minggu yang lalu, saya lupa tepatnya tanggal berapa/hari apa/jam berapa, hehe Teman saya yg berdomisili di semarang memberitahu saya bahwa Ibunya (bekerja di jkt) dilarikan ke RS karena sakit gagal ginjal. Kaget? tentu saja, karena baru beberapa hari sebelumnya teman saya itu bercerita kalau dia baru saja menelepon Ibunya dan keadaan Ibunya baik-baik saja. Kita memang tak pernah tahu kapan musibah akan datang..

Kembali ke permasalahan Ibunya, dikatakan bahwa Ibunya harus segera menjalani operasi gagal ginjal dengan biaya yg jauh dari murah. Dan operasi tidak akan dilaksanakan sebelum biaya operasinya lunas. Ibu teman saya itu wiraswasta kecil-kecilan, maka ia tak punya askes. Bisa saja dibawa ke RS negeri, tapi daftar antriannya mencapai 4 bulan lebih, sedangkan Ibunya harus segera dioperasi, maka satu2nya jalan adalah ke RS swasta dengan biaya yg selangit. 

Teman saya itu berasal dari keluarga sederhana, dimana dia-lah yg menjadi kepala rumah tangga sejak ditinggal sang ayah, maka berita ini cukup membuatnya lemas tak berdaya... Di semarang, ia tinggal bersama neneknya, sedangkan Ibunya yg sakit itu mencari nafkah di Jkt. Teman saya ini selain kuliah (skripsi on the way), juga membuka usaha kecil2an buat menyambung hidup, yaitu membuka usaha warnet. Itulah sumber pernghasilan selama ini.... Karena tak punya uang banyak, maka teman saya itu melakukan semua upaya untuk menutupi biaya operasi Ibunya.

Sertifikat rumah pun digadaikan, 2 motor dilepas, 1 buah laptop melayang, serta menguras semua tabungan, tetapi hasilnya belum cukup, masih kurang 8jt. Usaha warnet tak dapat diganggu, karena itulah satu-satunya sumber pernghasilan. Tempatnya pun masih meyewa, jd tidak bisa digadaikan. Jika isinya dijual semua, lalu bagaimana mrk akan menyambung hidup dan membayar cicilan sertifikat rumah? Maka tak ada jalan lain selain meminjam uang. Selama seminggu lebih teman saya pontang panting mencari pinjaman kesana kemari, ke sanak keluarga dan teman2, sementara Ibunya masih menunggu untuk dioperasi, dengan menahan sakit yg tak tertahankan...

1 minggu berlalu tanpa kabar baik, teman saya hampir putus asa... Saya pun tak henti2nya memberi semangat, bahwa ini semua demi Ibu... jgn putus asa, karena Allah tak mungkin memberi cobaan pada umatNya diluar kemampuannya... Saya pun ikut mencari pinjaman kesana kemari, tapi tak ada hasil...

Akhirnya, kabar baik itu datang, sisa 8 juta pun telah terkumpul, dan teman saya langsung terbang ke Jkt, dan Ibunya siap dioperasi keesokan harinya... Ahamdulilah operasi berjalan lancar, dan skrg masih dalam tahap pemulihan....

Yang ingin saya tekankan dari kisah di atas adalah, betapa kejamnya kebijakan RS.. Pasien tak dapat dioperasi jika biayanya belum lunas... Okelah kalau memang biayanya belom ada sama sekali, tapi ini hanya kurang 8 juta saja, apakah tidak bisa diselesaikan setelah pasien ditolong? RS tersebut saya jamin tidak akan bangkut jika uang 8 juta tersebut dibayar belakangan... RS adalah tempat mengobati pasien, tapi ternyata uang lebih penting...

Memang Ibu teman saya itu telah selamat, tapi bagaimana jika terlambat? dan saya yakin, kasus seperti ini bukan hanya terjadi pada teman saya saja... bahkan mungkin ada pasien yg tak terselamatkan karena sampai akhir, uang pun belum terkumpul juga...

Oke, mungkin operasi Ibu teman saya itu masih bisa ditunda sampai uang terkumpul, tapi bagaimana jika ada kasus lain, seperti misalnya, ada pasien yg sedang meregang nyawa dan otaknya harus segera dioperasi, telat beberapa menit saja, maka tidak akan ada harapan lagi, bagaimana jika kasusnya seperti itu? masihkan kebijakan RS tadi diberlakukan?